Minggu, 02 Oktober 2016

Immigration card-nya

Meskipun 62/994 demikian ia masih bisa menangkap pemandangan di luar jendela. Meskipun agak buram dan terhalang gedung, ia masih bisa sedikit melihat sungai Moskwa. Jika cuaca cerah, ia rasa sepenggal pemandangan sungai Moskwa di sela dua gedung di depan jendela itu akan terlihat lebih jelas dan indah. "Baiklah kawan, aku mau turun dulu untuk membelikan pengganjal perut untukmu. Kalau kau merasa ada yang perlu nitip sesuatu boleh?" Devid masuk kamar sambil menyeret koper hitam yang nampak berat. "Aku ikut saja!" "Tidak usah. Kau istirahat saja. Kau harus segera memulihkan tenagamu. Kautulis saja apa yang kauperlukan. Pakai ini!" Devid mengulurkan pena dan secuil kertas dari sakunya. "Baiklah." Ayyas menerima pena dan kertas lalu menulis apa-apa yang ia perlukan dalam dua tiga hari ini. Ia menulis sambil bergumam, "Kartu seluler, air mineral, teh, gula

, susu bubuk, madu, 63/994 biskuit, gelas, piring, sendok, sabun mandi, deterjen. Sudah." Lalu menyerahkan pada Devid. "Itu saja?" "Oh ya kalau ada tambah jahe untuk menghangatkan tubuh dan obat flu atau obat yang menurutmu cocok untukku yang kaget karena perbedaan musim ya." "Sip. Aku akan coba cari. Satu jam lagi aku datang. Kau istirahat saja, atau menata kamarmu. Itu di almari ada

selimut yang cukup untuk menghangatkan tubuhmu. Aku pergi dulu Yas. Oh ya mana paspor dan immigration card-mu sekalian aku uruskan local registration-nya." Ayyas mengambil paspor dan mengulurkan kepada David. "Immigration card-nya. terselip di dalam paspor. Oh ya Dev, arah selatan mana ya?" "Kalau kau menghadap lemari berarti kau menghadap selatan." "Terima kasih Dev." Devid bergegas keluar. Ayyas menutup pintu kamarnya, menyalakan lampu kamar mandi, dan 64/994 mengambil air wudhu. Ia langsung shalat menghadap selatan. Ia merasa bahwa ujian imannya di Moskwa ini akan berat. Ia akan tinggal di Moskwa beberapa bulan, tidak sehari dua hari. Dan dua tetangganya adalah perempuan muda Rusia yang ia rasa tidak akan sama Harga Triflex Capsule cara hidupnya dengan kebanyakan perempuan di dunia Timur. Ia kini berada di jantung kota Moskwa yang terkenal sebagai salah satu surga kehidupan bebas di dunia. Seluruh dunia maklum bahwa pengakses

situs porno terbesar dunia adalah Rusia, dan Moskwa ibu kotanya. 65/994 Ayyas merasa dirinya akan sangat lemah, imannya pasti akan runtuh di Moskwa jika tidak ditolong dan dijaga oleh Allah Ta'ala. Ia tahu seberapa kuat keteguhan imannya. Perang melawan musuh di medan perang mungkin ia akan tetap teguh sampai tubuh gugur bersimbah darah. Imannya tidak akan ciut dan runtuh oleh kilatan pedang yang mahatajam. Ia samasekali tidak gentar. Tapi di hadapan fitnah kecantikan perempuan sejelita gadis-gadis Moskwa seperti Yelena, gadis pembawa biola dan gadis yang bersamanya di pesawat, ia merasa imannya perlahan bisa lumer bagai garam disiram air. Ia merasa tidak punya benteng dan senjata apapun untuk menjaga imannya, kecuali berdoa memohon kepada Allah, agar iman yang ada di dalam hatinya tidak tercabut dalam kondisi apa pun. Hanya Aliahlah yang bisa menjaga imannya. Hanya Aliahlah yang bisa menyelamatkannya dari segala fitnah dan tipu daya setan. Tak ada yang lebih dahsyat dari rukuk dan sujud kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dan mohonlah 67/994 pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Ayyas tegak dalam shalatnya. Rasa takut akan fitnah perempuan menjalar ke seluruh syaraf dan aliran

darahnya. Hati dan pikirannya menyatu dalam bujuk haru kepada Allah. Dalam sujud ia berdoa, "Ya Allah rahmatilah hamba-Mu ini dengan meninggalkan maksiat selamanya, selama hamba-Mu yang lemah ini Engkau beri hidup di dunia ini. Duhai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati hamba-Mu ini memegang kuat agama-Mu, teguhkanlah hati hamba-Mu ini untuk taat kepada-Mu dan meninggalkan segala larangan-Mu. Amin." Selesai salam, Ayyas langsung berdoa sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Saw., "Ya Allah hamba minta kepada-Mu kebaikan daerah ini, kebaikan penghuninya dan kebaikan yang ada di dalamnya. Dan hamba berlindung kepada-Mu ya Allah dari buruknya daerah ini, 68/994 dari buruknya penghuni daerah ini dan segala keburukan yang ada di dalamnya. Amin." Selesai berdoa Ayyas kembali tegak mendirikan shalat Zuhur dan Ashar, jamak dan qashar. Setelah itu Ayyas menghempaskan dirinya di atas kasur. Tak ada hitungan menit ia sudah terjatuh dalam tidur yang pulas, la samasekali tidak tahu ketika Devid datang membawa makanan dan barang-barang Obat luka diabetes yang dipesannya. Devid tersenyum melihat sahabatnya itu tertidur begitu lelap. Devid mengambil selimut di almari lalu menyelimutkan ke tubuh Ayyas. Ayyas hanya menggeliat pelan. Devid mengeluarkan barang-barang dan makanan yang ia beli. Di antaranya membeli enam potong monti, daging giling yang dibalut tepung dan disiram mayonnese, dan dua wadah kentang goreng. Ia menyantap tiga potong monti dan sebagian kentang goreng itu. Sebagian sengaja ia sisakan untuk Ayyas. Setelah itu ia menulis pesan di secarik kertas untuk Ayyas. Cukup panjang. Ia lipat kertas itu, ia selipkan 69/994 pada paspor Ayyas, lalu meletakkan paspor itu di atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur Ayyas. Devid lalu keluar meninggalkan apartemen itu sambil menenggak sebotol Vodka yang baru dibelinya. Ia harus menembus dinginnya Moskwa menuju stasiun pusat. Ia mengejar waktu untuk segera sampai St.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar